PENGERTIAN ANTISEPTIK
Ilustrasi
Sebelum lebih jauh dengan cara pembuatannya, alangkah lebih baiknya bila mengertahui pengertian dari "antiseptik" itu sendiri. Menurut
Loho dan Lidya (2007), antiseptik merupakan bahan kimia yang mencegah
multiplikasi organisme padapermukaan tubuh, dengan cara membunuh mikroorganisme
tersebut atau menghambat pertumbuhan dan aktivitas metaboliknya. Antiseptik
perlu dibedakan dengan antibiotik yang membunuh mikroorganisme dalam tubuh
makhluk hidup, dan disinfektan yang membunuh mikroorganisme pada benda mati.
Namun antiseptik sering pula disebut sebagai disinfektan kulit. Hampir semua
bahan kimia yang dipakai sebagai antiseptik dapat pula berperan sebagai
disinfektan. Hal ini ditentukan oleh konsentrasi bahan tersebut. Biasanya
konsentrasi bahan yang digunakan sebagai antiseptik lebih rendah daripada
disinfektan.
Pemilihan bahan antiseptik yang sesuai untuk cuci tangan dilakukan melalui tiga tahap, antara lain :
- Tahap pertama, harus ditentukan karakteristik antiseptik yang diinginkan, seperti misalnya tidak diabsorpsi oleh kulit dan membran mukosa, efek persisten, spektrum antimikroba, dan cepatnya bahan tersebut bekerja. Setelah itu dipilih bahan antimikoba dengan kandungan yang memiliki karakteristik tersebut.
- Tahap kedua, langkah yang perlu dilakukan adalah meninjau bukti keamanan produk tersebut dan efektivitasnya dalam menurunkan jumlah bakteri.
- Tahap ketiga adalah mempertimbangkan penerimaan pemakai terhadap produk tersebut dan biaya yang diperlukan.
Secara sederhana metode pembuatan antiseptik dapat dilakukan :
Metode pembuatan antiseptik secara sederhana dapat dilakukan dengan cara mencampur alkohol dan etanol dengan perbandingan 1:1
sejumlah 160 ml ke dalam beaker glass hingga homogen, setelah homogen di
tambahkan 40 ml aquadest ke dalam beaker glass hingga homogen kembali. Larutan
tersebut kemudian di masukkan ke dalam sprayer.
KEPUSTAKAAN
Loho,
T. dan L. Utami. 2007. Uji Efektivitas Antiseptik Triclosan l% terhadap
Stuphylococcas aureus, Escherichia coli, Enterococcus faecalis, dan Pseudomonas
aeruginosa. Majalah Kedokteran
Indonesia. 57(6) : 171-178
0 komentar:
Posting Komentar