Dampak Pengasaman Laut terhadap Pertumbuhan Terumbu Karang
Ekosistem Terumbu Karang
Siapa yang tidak kenal dengan karang? Banyak yang mengetahui tentang karang, bahkan penyairpun dalam bersajak sering kita kenal dengan mengungkapkan kata "karang" sebagai simbol kuatnya karang meski diterjang ombak di lautan. Karang sendiri dibagi menjadi dua yaitu karang ahermatipik dan hermatipik, ahermatipik merupakan karang yang tidak menghasilkan terumbu dan hermatipik karang yang dapat membentuk terumbu.
Sering disebut sebagai "hutan hujan laut," terumbu karang adalah beberapa ekosistem yang paling kaya secara biologis dan bernilai ekonomis di Bumi. Kebanyakan terumbu karang tumbuh pada daerah perairan dangkal, air jernih yang hangat dan
dibangun oleh karang
batu bersama-sama dengan organisme lain yang membentuk kesatuan yang keras, pembentuknya yaitu kerangka
kalsium karbonat selama beberapa dekade
dan abad.
Kumpulan bercabang dan karang foliose di Swains Island, Samoa Amerika (NOAA Foto oleh James Morioka).
Para ilmuwan di Program Ekosistem Terumbu
Karang dari NOAA Kepulauan Pasifik Perikanan
Science Center sedang melakukan penelitian jangka panjang untuk memantau
tingkat di mana organisme terumbu membangun kerangka
kalsium karbonat karang dan
bagaimana perubahan kimia laut, terutama
pengasaman laut, mungkin berdampak pada pertumbuhan terumbu karang.
Pengasaman laut adalah fenomena global di mana meningkatnya karbon dioksida di atmosfer diserap ke dalam laut membuat air laut
semakin asam. Semakin
rendah pH dan keasaman yang lebih tinggi dari laut
membuat makhluk laut lebih sulit hidup,
seperti kerang dan karang
yang sulit untuk membentuk kerangka kalsium
karbonat atau cangkangnya.
Sepanjang terumbu karang di
Kepulauan Pasifik, pemantauan produksi kalsium karbonat menggunakan unit
kalsifikasi akresi / Calcification
Accretion Units (CAUs). Unit-unit di bawah air terbuat dari dua
piring PVC yang ditempatkan di lokasi tertentu di terumbu karang untuk
memungkinkan pertambahan dan kolonisasi crustose koralin ganggang dan karang
keras ke piringan. Dengan mengukur pertambahan bersih, maka dapat ditentukan
berapa banyak kalsium karbonat yang dihasilkan selama periode waktu tertentu.
Total pertambahan bersih pada terumbu karang dapat dihitung dengan mengukur
perubahan berat CAUs digunakan pada terumbu untuk jangka waktu dua sampai tiga
tahun.
Calcification Accretion Unit / (CAU) Unit perakitan: a. Sisi miring, b. Sisi saming, dan c. Gambar dikerahkan Unit CAU (NOAA Drawing oleh Daniel Merritt) in-situ.
Hipotesa dari ilmuwan NOOA bahwa pertambahan bersih akan bervariasi berdasarkan pulau, wilayah, dan habitat,
serta akan berubah dari waktu ke waktu.
Dengan memantau pertambahan bersih pada terumbu karang, maka akan dapat mendeteksi
perubahan tingkat kalsifikasi dari waktu ke waktu dan oleh sebab itu dapat
diketahui nilai efek dari pengasaman
laut.
Perbedaan setelah 2 tahun :
Artikel penelitian ini di terbitkan dalam
jurnal PLoS ONE,
“Baseline Assessment of Net Calcium
Carbonate Accretion Rates on U.S. Pacific Reefs” atau “Dasar Penilaian dari pertambahan kalsium karbonat
bersih di daerah karang U.S. Pacific,”
menyajikan dasar komprehensif
tentang pertambahan karbonat terutama oleh crustose
koralin ganggang / Crustose Coraline Algae (CCA) di piring CAU digunakan
pada terumbu karang di puluhan situs di 11 pulau-pulau
di Samudra Pasifik tengah dan selatan. Studi ini menunjukkan bahwa peran CCA sebagai calcifier
(pembentuk kalsium) karang merupakan kunc utamai dan mengemukakan perspektif yang
unik untuk lebih memahami potensi
dampak pengasaman laut pada
skenario kimia laut yang berbeda di masa depan.
Distribusi spasial dan berarti rata-rata akresi karbonat yang berasal dari penyebaran CAU oleh lokasi penelitian (panel kiri) dan pulau-lebar (panel kanan).
(a. Ganggang corralline, b. Kerang, c. Karang, d. Encrusting alga).
Lima kesimpulan utama dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu :
Karena sifat sangat bervariasi dari tingkat pertambahan karbonat, diharapkan bahwa respon kumpulan karang untuk pengasaman laut kemungkinan akan berbeda antara ekosistem terumbu, serta antara daerah tertentu dalam pulau.
Crustose koralin ganggang (CCA) adalah pertambahan bentuk yang sangat larut dari kalsium karbonat (CaCO3) yang dikenal sebagai high-Mg-kalsit. Peningkatan keasaman air laut kemungkinan akan menghasilkan lebih rendah tingkat pertambahan CCA.
Dalam kondisi pengasaman CCA diduga kehilangan keunggulan kompetitif mereka sebagai kelompok pengapur yang dominan dari pembentuk karang awal, yang pada gilirannya mungkin memiliki implikasi yang merugikan bagi sattle / tempat pertumbuhan dan selain itu perkembangan organisme terumbu mengapur seperti karang sendiri.
Selain perhitungan perubahan air laut laut dalam kimia karbonat (misalnya pengasaman laut), kemampuan laut mengapuri organisme untuk mengatasi perubahan tersebut, dan terus memberikan ekosistem bermanfaat yang tersedia saat ini, kemungkinan akan ditentukan oleh keduanya dan tingkat penurunan pH air laut.
Efek gabungan dari dampak yang disebabkan manusia, bersamaan dengan penurunan pH dari pengasaman laut, kemungkinan akan mempengaruhi struktur komunitas karang dan karena itu terjadi akresi karbonat pada terumbu karang di seluruh dunia.
Demikian artikel yang dapat di sajikan, semoga memberi manfaat bagi pembaca. Apabila ada kekurangan atau kesalahan silahkan di komentari. Mari jaga alam kita supaya lestari terjaga. Salam Lestari.
Artikel ini dari terjemahan :
https://pifscblog.wordpress.com/2015/12/22/coral-reef-growth/
Untuk lebih jelasnya jurnal dapat di akses :
http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0142196
0 komentar:
Posting Komentar