Penyakit udang yang biasa terjadi pada udang yaitu EMS atau kematian secara massal yang terjadi pada udang pada usia dini saat tahap budidaya. Beberapa ahli mengidentifikasi penyakit baru yang menyerupai EMS ini, dari artikel Prof. Slamet Budi Prayitno (Dosen Perikanan UNDIP) yang telah dipaparkan, penulis mencoba meringkas isi yang dimaksudkan dalam artikel "Early Mortality Syndrome (EMS) atau Acute Hepatopancreas Necrosis Syndrome(AHPNS)"
Mortalitas pada tahap awal budidaya udang tidak biasa
terjadi, kematian massal tersebut terjadi akibat manajemen budidaya atau adanya
patogen yang mengakibatkan penyakit terhadap udang. Patogen tersebut biasa
dikenal dengan EMS/Early mortality sindrome.
Sindrom ini dapat mengakibatkan kematian massal hingga 100%
selama 20-30 hari setelah tebar benur. Udang yang terserang penyakit ini mempunyai
ciri ukuran menyusut, hepatopancreas abnormal, bengkak, berubah warna, moulting
(abnormal), warna pucat dan pertumbuhan yang lambat. Ciri tersebut sama seperti
serangan “acute hepatopancreatic necrosis syndrome” sehingga istilah AHPNS
lebih tepat bila dibandingkan dengan EMS.
Sindrom ini pertama kali dilaporkan dari Tiongkok pada tahun
2009, diikuti oleh Vietnam pada tahun 2010, Malaysia pada tahun 2011 dan pada
tahun 2012 juga telah dilaporkan di Thailand. Sindrom ini telah menyebabkan
kerugian ekonomi yang besar di seluruh wilayah. Penyebabnya belum diketahui.
Definisi kasus untuk AHPNS
Pelaporan tentang AHPNS sering disalah artikan karena
kurangnya definisi kasus yang jelas, selama ini banyak yang salah mengartikan
bahwa kejadian tersebut merupakan “EMS”. Prof Don Lightner mengusulkan definisi
tentang AHPNS :
Idiopatik - belum terungkap jelas agen penyakit (infeksi
atau racung) yang menyebabkan penyakit tersebut.
Patologi :
terjadi degenerasi progresif aku pada hepatopancreas, dari medial menuju distal
dengan disfungsi sel B, F, R dan E. Terjadi Karyomigaly (kerusakan tubulus),
nekrosis dan terkelupasnya sel-sel epitel tubulus. Hal ini ditandai dengan
terjadinya peradangan dari dalam dan luar hemocytik, infeksi sekunder dari
bakteri berhubungan dengan necrotic dan terkelupasnya sel tubulus hepatopancreas.
Pada tingkat kolam, tanda-tanda klinis berikut dapat
digunakan untuk diagnosis (pendugaan) yang telah dikonfirmasi oleh
histopatologi pada tingkat hewan:
- Kapsul jaringan ikat hepatopancreas berwarna putih pucat;
- Atrofi (pengecilan jaringan otot / saraf) yang signifikan pada hepatopancreas;
- Cangkang lunak dan terlihat usus yang kosong;
- Terlihat Bintik-bintik hitam atau garis-garis dalam hepatopancreas;
- Timbulnya tanda-tanda klinis dan kematian dini dimulai sepuluh hari pasca stocking;
- Udang yang hampir mati tenggelam ke dasar.
Penyebab terjadinya AHPNS?
Penyebaran AHPNS di seluruh wilayah menunjukkan bahwa agen
infeksi biologi terlibat, tes laboratorium yang dilakukan telah gagal untuk menunjukkan
bahwa penyakit ini menular atau tidak, selian itu tidak ada agen infeksi dan
racun yang telah diidentifikasi. Pengujian pakan dari peternakan yang terkena
dampak dan 2 krustase termasuk
cypromethrin telah gagal mereproduksi penyakit. Pada tahap ini penyebabnya
tidak diketahui dan kemungkinan adanya toksin bisa saja terjadi.
AHPNS merupakan penemuan penyakit baru dalam budidaya yang
belum teridentifikasi secara jelas, sehingga penilitian lebih lanjut perlu
dilakukan.
Sekian apa yang dapat penulis persembahkan, semoga bermanfaat :) referensi artikel anda dapat mengunjungi KLIK.
0 komentar:
Posting Komentar