Rabu, 20 Maret 2019

Celoteh Kesekian

Tentang Sosok Beliau




Bismillah, sepertinya sudah lama tidak kutuliskan sesuatu tentang blog ini. Kalau boleh jujur, sebenarnya banyak tulisan atau untaian kata hingga menjadi puisi yang tersimpan di draft dan tidak untuk diposting sih. Hmm, malam ini udara terasa sejuk, apalagi dipinggir pantai. Bayangkan saja, jarak antara bibir pantai (laut) sekitar 70 m. Ya begitulah, karena tidak mungkin dong industri perikanan terutama budidaya udang didataran tinggi. hehe, sebenarnya sih mungkin saja, tapi kali ini bukan untuk membahas perikanan. Namun, tentang sosok beliau "Mak, Bapak"

Selama ini aku merasa orang yang kurang beruntung karena sedari kecil mungkin tidak merasakan atau mungkin sudah lupa merasakan kasih sayang seorang Ayah/Bapak karena semasa kurang lebih usia 2 tahun Ayah/Bapak sudah pergi ke Pangkuan-Nya. Lahul Fatikhah...Teringat sekali sewaktu kecil dulu ketika bertanya ke Ibu/Makku belia selalu bilang "Bapak pergi haji" huhh... Betapa bahagianya waktu kecilku sewaktu diberitahu seperti itu. Kalimat itu akan selalu kuingat, bagaimana hal itu menunjukkan betapa lembutnya kasih yang diberikan Ibu/Makku hingga tidak tega membuat hancur hati anak kecilnya dahulu.

Seiring berjalannya waktu aku mulai paham dan sempat berpikir "Bapak haji, tapi kok gak pulang-pulang ya?" hmm, semasa kecilku dulu ( sewaktu SD) langsung saja spontan bertanya kepada Ibu/Makku, beliaupun mulai jujur bahwa Bapak sudah meninggal. Seolah seperti anak kecil yang sudah dewasa, aku hanya terdiam tak mampu menangis hanya isakan kecil dalam hati dan mata berkaca-kaca yang tak sempat kutumpahkan karena melihat Mak yang menahan pilu untuk menguatkanku. Hanya sebatas foto KTP yang diperlihatkan Beliah, dengan memandangku dengan kasih lembutnya seolah melihat sosok Bapak yang tergambar dalam wajahku seraya berkata "kamu mirip Bapakmu Nak, hidungnya mancung kulitnya bersih." Dengan penuh tawadhu' seorang anak kepada orang tua akupun meng-iya-kan. Tak banyak kata yang mampu kuucapkan sewaktu itu.


Bersyukur

Hmm... (kupejamkan mata dan bersyukur atas yang diberikan-Nya 'Alkhamdulillah')
Aku seringkali iri ketika melihat mereka yang diajak Bapaknya bermain atau sekedar diajari naik sepeda, bahkan sampai sekarangpun seringkali baper ketika melihat atau mendengar cerita dari kawanku yang barus saja dinasihati Bapaknya. Pikir dan hatiku kompak berkata "Ya Allah, betapa beruntungnya temanku ini" sambil tersenyum dan sedikit memejamkan mataku.

Aku bersyukur, memiliki keluarga yang sederhana serta seorang Mak yang luar biasa. Jikalau teman-temanku jarang melihatku marah, jangan heran! Ya, mungkin karena dididik dari seorang wanita yang lembut hatinya. Bahkan rasanya sampai sekarang belum pernah dimarahin Makku sampai sebegitu hebatnya. Paling, dulu sewaktu nakal-nakalnya yang memarahiku yaitu Mbakku.

Sedikit cerita, pernah sewaktu SD mengumpat kata "Kakekane" didepan rumah dan Mbakku mendengar ucapanku itu  (bukkk) sandal jepit mendarat dibibirku. Hufft, sakit sekali dan langsung spontan nangis waktu itu. Mulai saat itu tidak berani mengucap kata umpatan lagi sewaktu kecil. Sebenarnya banyak tentang kejadian yang membuatku kena fisik langsung oleh Mbakku, seperti sewaktu dulu ngaji bakda maghrib dan aku belum berangkat. Langsunglah pukulan mendarat... Namun, aku bersyukur sekali karena setiap kali aku membuat kesalahan Mak selalu dengan kelembutannya memberikan wejangan yang menenangkan sehingga nurutlah aku.


Banyak yang ingin kuceritakan, tapi rasanya mataku sudah ingin terpejam. Selamat malam dunia tulisan yang tak pernah bosan mendengar cerita dan selalu setia mendengarkan setiap kata yang ada. Sampai jumpa, tulisan ini akan kulanjutkan... Assalamualaikum :)


0 komentar:

Posting Komentar